Karangmojo, 22 Oktober 2025 — Rabu pagi halaman Sekolah Terpadu SMP-SMA-SMK Pembangunan Kar...
Karangmojo, 23 Oktober 2025 - Suasana penuh semangat menyelimuti Kampus 2 Pembangunan Karangmojo pada Kamis (23/10/2025). Satuan Komunitas (SAKO) Pandu Ma’arif NU PWNU DIY menggelar Latihan Gabungan (Latgab) II. Kegiatan ini menjadi ajang pemantapan keterampilan sekaligus penguatan mental bagi enam sangga terpilih, yang terdiri dari tiga sangga putra dan tiga putri. Mereka dipersiapkan secara intensif untuk menjadi peserta pada Perkemahan Kemanusiaan dan Perdamaian Internasional di Bumi Perkemahan Pondok Pesantren Ar Raudhoh Pasuruan, Desember mendatang.
Rangkaian persiapan diawali dengan acara pembukaan di Ruang Pertemuan SMK Pembangunan Karangmojo. M. Nanang Rifa’i, S.Pd., selaku perwakilan tuan rumah, secara resmi membuka acara sekaligus memberikan motivasi. Beliau berpesan agar para peserta, yang merupakan siswa-siswi terbaik dari sekolah Ma’arif NU tingkat SLTA se-DIY, dapat fokus menjaga sikap, berlaku baik, dan membawa nama harum almamater serta LP Ma'arif NU DIY di kancah internasional.
Selesai pembukaan, para peserta beserta kakak pendamping segera bergeser ke lokasi utama latihan di Kampus 2 SMK Pembangunan Karangmojo. Sebelum materi inti dimulai, suasana terlebih dahulu 'dipanaskan' dengan yel-yel yang membakar semangat. Sesi ini terbukti efektif membangkitkan kekompakan dan antusiasme peserta untuk mengikuti rangkaian latihan yang sesungguhnya.
Dengan semangat yang sudah terkumpul, para peserta langsung diberikan materi utama Latgab II, yakni teknik pionering. Keterampilan ini berfokus pada seni merangkai tongkat dan tali untuk membangun sebuah model objek atau konstruksi yang fungsional. Sebagai pondasi, peserta terlebih dahulu wajib menguasai beragam teknik simpul yang diajarkan secara mendetail oleh Rohmad Pamungkas, salah satu kakak pendamping yang akan turut serta ke Pasuruan.
Untuk menguasai konstruksi pionering, penguasaan simpul adalah kuncinya. Peserta diajarkan berbagai simpul esensial, mulai dari simpul mati, simpul hidup, simpul anyam, hingga teknik ikatan dasar seperti ikatan palang, silang, dan kaki tiga.
Setelah selesai diberikan ilmu terkait simpul para peserta langsung mempraktikannya. Setiap sangga ditantang untuk berkreasi membangun rak piring dan sepatu dari bambu, mengaplikasikan simpul yang baru dipelajari dengan kreativitas masing-masing.
Tidak hanya bekal keterampilan fisik, sesi latihan ditutup dengan penguatan mental dari Wiyadi, yang juga akan menjadi pendamping. Beliau menegaskan bahwa perkemahan kemanusiaan menuntut kemandirian fisik maupun emosional yang tinggi. Oleh karena itu, peserta dituntut mempersiapkan kondisi fisik dan mental secara matang, agar dapat menunjukkan kemampuan terbaik mereka di hadapan kontingen lain.